Upacara di Pura Kehen

Sebagai pura besar, upacara di Pura Kehen berlangsung pada Hari Raya Pagerwesi setiap enam bulan sekali namun, upacara besarnya berlangsung setiap tiga tahun sekali. Pada saat upacara secara bergilir desa-desa pemujanya akan menghaturkan tarian sakral ekenak berupa Baris Dadap, Baris Perasi, Baris Gowaki bahkan dilengkapi pula dengan tarian sakral lainnya yakni Rejang dan Pendet. 

Upacara-upacara keagamaan yang diselenggarakan di Pura Kehen dibedakan atas tiga tingkatan upacara yakni tingkatan utama, madya dan nista. Upacara tingkatan utama diselenggarakan setiap tiga tahun sekali yang disebut dengan upacara Ngusaba Dewa. Pada tahun 2012, pelaksanaan upacara ini bertepatan dengan purnama kalima soma umanis wuku medangkungan tanggal 29 oktober 2012. Upacara biasanya berlangsung selama 9 sampai 11 hari. Upacara tingkatan madya secara rutin dilangsungkan di Pura Kehen adalah piodalan yang jatuh pada setiap Buda Kliwon Wuku Sinta atau Pagerwesi. Upacara dalam tingkat nista ini berskala kecil tetapi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi setiap saat. Upacara ini rutin diselenggarakkan pada odalan Saraswati, Ulian, Sugi Manik, Purnama Tilem, Kajeng Kliwon serta rainan Buda Kliwon. Tiap-tiap piodalan baik untuk tingkatan utama, madya maupun nista sarana bebantennya dibuat di Pura Kehen.

Pura Kehen dan Pura Pendampingnya (Pura Kehen dalam Cerita Rakyat)

Pura Kehen sebagai Pura Besar didukung oleh beberapa Pura di sekitarnya. Salah satu tuturan menyebutkan:

“...Tersebutlah di Bangli sedang memerintah seorang raja yang sangat bijaksana bergelar Ratu Bhatara Guru Sri Adhikunti Ketana. Beliau ingin membangun Pura yang akan dijadikan pemujaan oleh penduduk Bangli, bahkan rakyat Bali. Lalu, beliau bersemedi menyatukan panca indranya dengan memuja tiga kekuatan yakni Ida Sang Hyang Tri Murti...”

Dalam semadinya konon beliau mendapat wahyu agar membangun beberapa buah Pura yakni :
  1. Ida Bhatara Hyang Api/Hyang Ukir di Puncak Bukit Bangli paling timur, dan secara nyata Pura Hyang Api terletak di Desa Yang Api.
  2. Ida Bhatara Hyang Karinama di Puncak Cemeng ring Simpat Bunut (Sidembunut).
  3. Ida Bhatara Hyang Tanda-Hyang Iswara-Hyang Pemayun Kehen-Hyang Pengupehayu secara nyata berstana di Pura Kehen Bangli, sebagai Pura terbesar.

Sejarah Pura Kehen

Sulit untuk menentukan kapan tepatnya Pura Kehen didirikan. Namun, terdapat tiga prasasti tembaga yang menyangkut keberadaan Pura tersebut. Salah satunya yaitu, prasasti ketiga yang memuat mengenai petunjuk-petunjuk untuk para penduduk sekitar saat upacara-upacara besar di Pura Kehen, bertarikh Saka 1126 (1204 Masehi). Prasati ini memuat nama Raja Sri Dhanadhiraja yang merupakan putra dari Raja Bhatara Parameswara dan cucu dari Bhatara Guru Sri Adhikunti beserta permaisurinya Bhatara Sri Dhanadewi. Prasasti pertama yang terdiri dari 18 baris dan berbahasa Bali Kuno ada menyebutkan nama “Hyang Karinama”. Hyang Api di Desa Simpat Bunut (“Wangunan pertapaan di Hyang Karinama jnganangan Hyang Api di Wanua di Simpat Bunut- Hyang Tanda” ). Prasasti ini diperkirakan berangka tahun 804-836 Saka (882-914 Masehi). Dan prasasti kedua terdiri dari 10 baris dan berbahasa Jawa Kuno menyebutkan nama Senapati Kuturan, Sapatha dan nama-nama pegawai raja. Prasasti ini diperkirakan dalam tahun Saka 938-971 (1016-1049 Masehi).